Wilayah Indonesia Timur hampir pasti tidak akan menikmati hasil dari regulasi mobil murah LCGC pemerintah RI, hal tersebut disebabkan karena harga mobil bertambah akibat biaya pengiriman dan faktor kondisi wilayah yang tidak sesuai dengan produk yang dikeluarkan. Dikutip dari HarianJojga.com, Pengamat otomotif Suhari Sargo menerangkan masyarakat di wilayah timur seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua pasti tidak akan menikmati mobil tersebut. “Jadi produk ini bakalan dinikmati oleh masyarakat pada wilayah tertentu saja,”. Dia mengatakan selama ini penjualan mobil memang di dominasi sebanyak 60% di wilayah jawa, itu berarti jika produksi mobil LCGC dimulai pasti akan dirasakan oleh masyarakat di wilayah tersebut. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur, sambungnya, sangat sukar untuk mendapatkan karena produk mobil murah dan hemat energi tidak sesuai dengan kondisi jalan yang berimbas pada melambungnya harga.
Harga mobil LCGC di wilayah timur pasti naik akibat biaya pengiriman produk mobil murah dan hemat energi. Menurutnya jika harga off the road seperti yang dipatok Pemerintah senilai Rp95 juta maka terjual di wilayah timur bertambah belum lagi kelengkapan lain yang disempurnakan produsen, agar roh awal mobil tersebut bisa dinikmati dengan harga yang sama Pemerintah harus mampu memberikan jalan keluar sehingga harganya tetap sama dan ongkos pengiriman bisa ditekan sehingga tidak akan ada lonjakan harga ketika sampai di wilayah luar jawa seperti Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Pertanyaannya apakah ATPM bersedia memberikan subsidi terhadap biaya distribusi pengiriman mobil murah dan hemat energy?” ungkapnya. Namun, hingga saat ini kalangan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang siap mengambil bagian dalam program mobil murah dan hemat energi belum mendaftarkan produknya ke Kementerian Perindustrian. Dua ATPM yang siap yakni Toyota dan Daihatsu mengaku kendala yang menghambat hal terkait belum adanya Petunjuk Teknis (Juknis) yang resmi dari Pemerintah terkait program tersebut. Sebelumnya Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Jhonny Darmawan menerangkan pihak TAM hingga saat ini masih menanti Juknis dari Pemerintah. Juknis itu, ungkapnya, dianggap sebagai hal penting untuk memulai produksi Mobil LCGC. Dia menerangkan Juknis dianggap sebagai pegangan bagi setiap ATPM untuk mulai mengerjakan program mobil murah. Menurutnya jika belum ada Juknis yang pasti dan mengatur, ATPM yang ingin memproduksinya belum bisa mengambil langkah lebih cepat.
Harga mobil LCGC di wilayah timur pasti naik akibat biaya pengiriman produk mobil murah dan hemat energi. Menurutnya jika harga off the road seperti yang dipatok Pemerintah senilai Rp95 juta maka terjual di wilayah timur bertambah belum lagi kelengkapan lain yang disempurnakan produsen, agar roh awal mobil tersebut bisa dinikmati dengan harga yang sama Pemerintah harus mampu memberikan jalan keluar sehingga harganya tetap sama dan ongkos pengiriman bisa ditekan sehingga tidak akan ada lonjakan harga ketika sampai di wilayah luar jawa seperti Papua, Kalimantan, dan Sulawesi.
“Pertanyaannya apakah ATPM bersedia memberikan subsidi terhadap biaya distribusi pengiriman mobil murah dan hemat energy?” ungkapnya. Namun, hingga saat ini kalangan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang siap mengambil bagian dalam program mobil murah dan hemat energi belum mendaftarkan produknya ke Kementerian Perindustrian. Dua ATPM yang siap yakni Toyota dan Daihatsu mengaku kendala yang menghambat hal terkait belum adanya Petunjuk Teknis (Juknis) yang resmi dari Pemerintah terkait program tersebut. Sebelumnya Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Jhonny Darmawan menerangkan pihak TAM hingga saat ini masih menanti Juknis dari Pemerintah. Juknis itu, ungkapnya, dianggap sebagai hal penting untuk memulai produksi Mobil LCGC. Dia menerangkan Juknis dianggap sebagai pegangan bagi setiap ATPM untuk mulai mengerjakan program mobil murah. Menurutnya jika belum ada Juknis yang pasti dan mengatur, ATPM yang ingin memproduksinya belum bisa mengambil langkah lebih cepat.